Cerpen "POSTER BERGAMBAR MATA"
Sore hari, awan hitam nampak
menutupi kota kecil itu, tidak berapa lama hujan pun turun. Orang-orang nampak
berlarian mencari tempat untuk berteduh, tidak terkecuali dengan pemuda
itu. Di depan sebuah gedung tua kosong,
pemuda itu berteduh bersama beberapa orang,lainnya. “Alam yang aneh, padahal
beberapa jam yang lalu langit nampak biru cerah, dan sangat panas, tetapi
kenapa tiba-tiba menjadi gelap begini dan hujan turun deras sekali?” Pemuda itu
berkata dalam hati sambil matanya memandang keatas. “Bulan Juli, masih ada
hujan sederas ini, jangan-jangan alam sudah mulai marah, atau kiamat sudah
hampir sampai.”
Hampir setengah jam pemuda itu
berdiri di depan gedung tua kosong menanti redanya hujan, sesekali dia nampak
menghela nafasnya, kemudian pandangannya tertuju pada gedung tua kosong itu.
Pemuda itu berpikir kalau gedung tua itu dulunya pasti sangat indah dan ramai
karena pada jaman dahulu berfungsi sebagai restauran untuk orang-orang Belanda,
tapi entah kenapa, gedung tua itu dibiarkan kosong dan terbengkalai. Seharusnya
gedung tua itu menjadi peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, tapi entah
mengapa, oleh pemerintah daerah dibiarkan begitu saja. “Coba kalau pemerintah
menaruh perhatian dan pada gedung tua ini, dan dimanfaatkan untuk kepentingan
umum, pasti gedung ini akan menjadi indah dan tidak terkesan angker.” Pikir
pemuda itu sambil matanya terus memperhatikan bentuk jendela dan pintu gedung
di hadapannya. tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah poster besar yang ditempel
di salah satu dinding gedung, sebuah poster yang mengiklankan produk kosmetika,
bukan produknya yang membuat pemuda itu tertarik, tetapi gambar yang berupa
sepasang mata yang indah. Pemuda itu mendekatati tersebut, perhatiannya
langsung tertuju pada gambar sepasang mata yang indah tersebut. “Matanya indah
sekali, seperti hidup.” Pemuda itu nampak terpesona memandanginya, sampai
akhirnya suara petir mengejutkannya.
Tidak beberapa lama kemudian hujan pun reda, dan hari pun mulai gelap. Satu
persatu orang mulai meninggalkan gedung tua itu, termasuk pemuda itu.
Setelah hari itu, setiap sore sepulangnya dari kerja,
pemuda itu selalu menyempatkan diri berhenti di depan gedung tua kosong,
sekedar untuk melihat poster bergambar mata indah itu. Pemuda itu sendiri tidak
mengerti mengapa melakukannya, dia merasa setiap melewati gedung tua itu ada
perasaan yang mendorongnya untuk melihatnya. Berhari-hari pemuda iru melakukan
hal yang sama seriap pulang kerja dari bengkel. Suatu hari, pemuda itu lembur
dan pulang malam tapi tidak menyurutkan niatnya untuk melihat poster bergambar
mata itu. Dia merasa gambar mata itu menjadi lebih indah di malam hari,
pantulan sinar lampu jalan membuatnya lebih berkilat dan hidup. Pemuda itu
tersenyum, kemudian menyentuhnya dengan tangan, tiba-tiba dia merasa ada yang
menarik jari-jarinya masuk ke dalam gambar tersebut Pemuda itu menarik kembali
tangannya, dia berpikir jangan-jangan temboknya sudah mulai rapuh, lalu
diperhatikannya gedung tua itu, dalam temaram lampu jalan masih terlihat kokoh.
Kembali dia meyentuh gambar mata tersebut, kali ini dengan kedua tangannya,
jantungnya tiba-tiba terasa berhenti, matanya melotot, dilihatnya kedua
tangannya masuk ke dalam gambar tersebut sampai siku, dia berusaha untuk
mengeluarkannya, tapi sia-sia, ada sebuah tenaga yang jauh lebih besar
menariknya masuk ke dalam gambar tersebut, pemuda itu berteriak, tiba-tiba dia
merasa berada di sebuah lorong yang gelap dengan angin kencang terasa di
sekelilingnya, karena takut, pemuda itu memejamkan matanya.
Pada saat angin kencang yang ada di sekelilingnya telah
hilang, dan merasa telah berdiri kembali, pemuda itu membuka matanya. dan
melihat ke sekelilingnya, dia merasa masih berada di tempat yang sama.
“Bukankah ini gedung tua itu? Tapi mana poster itu, bukankah tadi ada di
depanku? Dan bukankah hari sudah malam, kenapa menjadi siang hari terang
begini?” Kembali pemuda itu memperhatikan sekelilingnya, dia nampak
kebingungan. “Hei!” Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan pemuda itu, dilihatnya
seorang perempun cantik bergaun kuning, berkulit putih, berambut hitam agak
berombak, berdiri di sampingnya sambil tersenyum. “Kau pasti pemuda itu!”
Perempuan itu berkata, dan tanpa menunggu pemuda itu menjawab, tiba-tiba dia
menarik tangannya dan membawanya pergi berlari, gaun kuningnya nampak
berkibar-kibar.
“Hei tunggu, aku mau dibawa ke mana, dan kamu siapa?”
Ada nada kekuatiran dalam suara pemuda itu, dia berusaha melepas pegangan
tangan perempuan itu, namun sia-sia, cengkeramannya begitu kuat, akhirnya dia
membiarkan perempuan itu membawanya pergi. Pada suatu tempat yang agak sepi,
perempuan itu menghentikan larinya dan melepaskan tangan pemuda itu. “Siapa
kamu sebenarnya, dan kenapa membawaku berlari?” Pemuda itu kembali bertanya
dengan rasa penasaran di benaknya, perempuan bergaun kuning itu kemudian
tersenyum padanya. “Apa kamu tidak mengenaliku?” Perempuan itu mendekatkan
wajahnya ke arah wajah pemuda itu sehingga jaraknya begitu dekat, membuat
jantung pemuda itu berhenti berdetak untuk sesaat. “Ti…tidak, aku tidak pernah
mengenalimu.” Perempuan itu kembali tersenyum dan menyibak rambut panjangnya.
“Perhatikan baik-baik mataku!” Pemuda itu menurut apa yang dikatakan oleh
perempuanitu, dengan seksama dia
memperhatikan matanya. “Perempuan ini sangat cantik, dan matanya…” Jantung
pemuda itu tiba-tiba berhenti untuk sesaat, dia hampir tidak mempercayai dengan
apa yang dilihatnya. “Mata itu! Tidak mungkin, ini hanya mimpi! Atau
jangan-jangan dia hantu penghuni gedung tua kosong itu!” Pemuda itu menepuk
pipinya sendiri, dan terasa sakit, dilihatnya perempuan itu tertawa. “Ini bukan
mimpi, aku memang pemilik mata itu, yang selalu kamu perhatikan dan kagumi
setiap hari, dan aku buka hantu penghuni gedung tua kosong itu!” Pemuda itu
masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
“Tapi kenapa?” Pemuda itu emberanikan diri untuk
bertanya. “Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu selalu
memperhatikan mataku?” Perempuan itu balik bertanya. “Karena mata kamu indah,
bening dan bersinar, seakan ada kedamaian di dalamnya, dan mata kamu itu seakan
dapat melihat dan membaca segalanya.” Perempuan itu tertawa mendengar jawaban
jujurnya, “Semua mata adalah sama, tergantung bagaimana pemiliknya
menggunakan., dengan mata kita bisa melihat dan melakukan segalanya, dengan
mata, sekali lirik semuanya akan berubah, yang halal diharamkan dan yang haram
dihalalkan, dengan mata, sekali lirik, semuanya bisa terjadi. Ada orang yang
punya mata sempurna tapi tidak bisa melihat, ada orang yang tidak punya mata
tapi bisa melihat semuanya. Berbahagialah orang yang bisa melihat!” Perempuan
itu berkata dengan wajah yang nampak serius. “Apa kamu bisa melihat?” Tiba-tiba
perempuan itu bertanya pada pemuda itu. “Aku bersyukur, karena aku bisa
melihat, tapi aku tidak mengatakan kalau orang yang tidak bisa melihat
mengurangi rasa syukurnya.” Perempuan itu tersenyum, kemudian dia mengangkat
tangan, tiba-tiba keadaan berubah, merka berdua kini berada dalam sebuah pusat
perbelanjaan, belum sempat pemuda itu bertanya, perempuan itu sudah mengangkat
kembali tangannya, dan kini mereka berada di sebuah kelab malam, terus dan
terus mereka berada di tempat yang berbeda-beda, rumah sakit, jalan raya, taman
hiburan, tempat pemakaman, rumah jompo, panti asuhan, bahkan tempat pelacuran.
“Bagaimana menurut kamu?” Perempuan itu bertanya kepada pemuda itu, yang nampak
tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. “Kamu bisa melihat semua itu
dengan mata kamu, tapi bagaimana tapi
dengan ini?” Perempuan itu menempelkan tangannya di dada pemuda itu. “Maksud
kamu?” Pemuda itu tidak mengerti dengan maksud perempuan cantik yang berdiri di
depannya. “Mata hati kamu. Apa selama ini mata hati kamu sudah melihat
semuanya?” Pemuda itu terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa.
Perempuan itu kembali berkata yang tidak dimengerti oleh
pemuda itu, belum sempat dia bertanya, perempuan itu sudah menariknya dan
membawanya kembali berlari. Pemuda itu merasakan lari perempuan itu semakin
cepat sehingga dia seperti melayang, angin kencang bertiup di sekelilingnya,
dia memejamkan matanya.
Setelah dirasakan angin kencang disekelilingnya
berhenti, pemuda itu membuka matanya kembali, dia melihat-lihat sekelilingnya,
nampak gelap, hanya beberapa orang dan kendaraan yang lewat, dia itu nampak
kebingungan, kembali diperhatikannya poster bergambar mata di depannya,
kemudian dirabanya, tidak terjadi apa-apa. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apa
aku bermimpi? Tapi aku masih merasakan hembusan angin kencang itu, dan
tanganku…” Pemuda itu nampak memperhatikan pergelangan tangan kirinya, nampak
agak kemerah-merahan dan bergambar jari-jari orang. “Pergelangan tanganku agak
sakit, apa perempuan itu benar-benar nyata, dan siapa sebenarnya dia?” Kembali
diperhatikannya gambar mata di depannya, dia merasakan mata itu tersenyum ke
arahnya. “Ah, aku tidak tahu, lebih baik aku pulang saja!” Pemuda itu kemudian
berlari meninggalkan gedung tua itu untuk kembali ke rumahnya, dibenaknya masih
bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya.
Sore hari, sepulangnya dari kerja, pemuda itu bermaksud
melihat kembali poster bergambar mata tersebut, tapi nampak pemandangan berbeda
pada gedung tua itu. Gedung tua kosong itu sedang dipasang lembaran-lembaran
seng di sekelilingnya oleh para pekerja. Pemuda itu memberanikan diri bertanya
pada salah satu pekerja, apa yang akan mereka lakukan dengan gedung tua kosong
itu. “Gedung ini mau dibongkar. Soalnya beberapa hari yang lalu bersama dengan
beberapa gedung di sekitarnya sudah menjadi milik salah seorang pejabat
penting, katanya mau dibuat pusat perbelanjaan terbesar di kota ini!” Jelas
pekerja itu. Pemuda itu tak habis berpikir, kenapa bisa seperti itu, padahal
geduang tua itu adalah salah sebuah peninggalan sejarah yang ada di kotanya,
tiba-tiba dia teringat akan poster bergambar mata itu, dan menanyakannya pada
pekerja itu. “Wah, mungkin sudah dibuang sama pekerja lainnya!” Pemuda itu
akhirnya pergi dari gedung tua itu, dia kembali teringat akan kata-kata gadis
bermata indah itu. “Dengan mata, sekali lirik, semuanya bisa terjadi!” Kemudian
dia berpikir, bukankah poster itu sebuah iklan tentang produk kosmetika,
berarti masih ada poster-poster seperti itu di tempat lainnya. Pemuda itu
kemudian berusaha mencari poster dengan gambar yang sama, dia berkeliling untuk
mencarinya, terkadang bertanya pada toko-toko yang menjual produk kosmetik,
tetapi mereka tidak pernah tahu akan poster bergambar mata tersebut apalagi
produk yang diiklankannya, Hari menjadi gelap, akhirnya pemuda itu memutuskan
untuk pulang ke rumah dengan tangan kosong, karena tak satu pun poster
bergambar mata yang dia cari dapat ditemukan, hampir setengah kota telah dia
kelilingi.
Eka Dian Nur Anggraini
Brebes Juli 2007
Komentar
Posting Komentar