Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Dan laut pun menjadi sepi..... (epilog)

Epilog Lintang melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan lucu, Bayu memberinya nama Langit Bummi Pratama. Keluarga Lintang menyambut bahagia kehadiran Langit, setelah mereka kehilangan Taufan. Badai pergi lagi di daerah pedalaman Kalimantan setelah kelahiran kemenakan barunya. Papa sudah tidak mempermasalahkan lagi dengan jalan yang ditempuhnya. Sebelum berangkat dia menemui Sekar dan mengatakan kepada gadis cantik itu untuk melupakan Taufan. “Kamu masih muda, cantik, pintar dan mandiri. Semua yang diidamkan pria pada wanita ada padamu. “ Sekar tersipu mendengar sanjungan Badai. “Kamu tidak boleh sedih berkepanjangan dan memikirkan Taufan terus menerus . H idupmu masih terus berlanjut. Kamu pasti akan menemukan sesorang yang jauh lebih baik dan lebih sempurna dari Taufan.” Sekar mengangguk dan tersenyum, ada ketenangan dihatinya ketika mendengar kata-kata kakak laki-laki Taufan tersebut. Satu tunas kecil tiba-tiba tumbuh didalam dadanya yang sempat gersang. *** Ta

Dan laut pun menjadi sepi..... (episode 28)

28.       S emakin sepi Sesampainya di kampung nelayan, Wulan langsung duduk di bangku kaya di bawah pohon kelapa depan rumah Kakek. Raut sedih terlihat di wajahnya, matanya berkaca-kaca. Dia teringat, bagaimana tangisan Mama dan Lintang pecah saat dokter yang menangani Taufan keluar dari pintu ruang UGD dan meminta maaf kalau mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong Taufan, n a mun ternyata Tuhan berkehendak lain. Sekar nampak berusaha menguasai diri, namun ternyata tidak sanggup, tangisnya pun pecah. Terdengar gadis cantik itu menyebutkan kata cinta kepada Taufan. Wulan yang juga tak sanggup menahan tangisnya merangkul Sekar yang nampak limbung. “Siapa yang namanya Baruna?” Dokter tersebut bertanya. “Dia sempat menyebutkan nama itu.” Wulan yang sedang merangkul Sekar terkejut, lalu mengatakan kalau Baruna adalah teman Taufan yang sudah meninggal.  “Baruna?” gumamnya, kemudian teringat cerita mimpi-mimpi Taufan tentang Baruna. “Jadi, akhirnya kamu ikut pergi

Dan laut pun menjadi sepi..... (episode 27)

27.         Kembali ke laut Sabtu pagi, Taufan pergi tidak menggunakan sepeda motornya. Pak Dirman menawarkan diri untuk mengantarnya karena melihatnya kurang sehat. Namun ditolaknya. “Tidak apa-apa pak, aku hanya kurang tidur.” Taufan berbohong, sebenarnya dia merasa tidak enak badan, dadanya terasa sesak dan sakit dan tubuhnya agak sedikit lemas. Pak Dirman merasa kuatir dengan keadaan anak bungsu majikannya tersebut. *** Cuaca sedikit mendung. Angin laut bertiup lebih kencang dari biasanya. Laut pun bergelombang lebih besar. Taufan duduk di pantai sambil memandang ke laut lepas. Ombak yang pecah di atas pasir meninggalkan buih-buih di kakinya. Dia merasa badannyan semakin lemas. Pandangan matanya kemudian diarahkan ke langit yang hitam. Dia teringat akan bayangan dan mimpinya. Lamunannya kemudian terpecah oleh sekumpulan anak-anak SD yang baru pulang sekolah yang berjalan tidak jauh di belakangnya. Taufan memperhatikan anak-anak tersebut. Mereka nampak senang dan bergemb